Thursday, December 15, 2016

asal penamaan Desa Kuala Patah Parang

KENAPA DIBERI NAMA PATAH PARANG ???

      Tidak banyak yang tahu asal penamaan Desa Kuala Patah Parang, sebuah desa terluar di Kecamatan Sungai Batang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau ini. Desa yang kini berpenghuni kurang lebih seribu tujuh ratus jiwa itu berada diwilayah yang sangat strategis, berada dipesisir pantai antara perbatasan provinsi tetangga yakni Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
Menurut sebagian cerita dari asyarakat setempat, saat pertama kali desa tersebut dibangun terjadi suatu peristiwa patahnya parang (alat yg digunakan untuk memotong kayu dan sebagainya) yang digunakan oleh warga yang tidak diketahui siapa namanya. bermula dari patahnya parang itulah hingga kini nama desa tersebut dikenal, adapun nama kuala didepannya itu dikarenakan posisi Desa Kuala Patah  Parang berada di tanjung sungai berbatas langsung dengan pesisir pantai.

Desa Kuala Patah Parang kini bukanlah desa yang pertama kali dibangun, Desa Kuala Patah Parang kini adalah desa baru yang mana Kuala Patah Parang lama dibakar oleh seseorang yang konon katanya bernama Kedius. 

penduduk Desa Kuala Patah Parang mayoritasnya berprofesi sebagai nelayan, dari pekerjaan tersebut masyarakat sangat tergantung dari apa yang ada dalam kandungan lautnya. terkadang mereka pergi melaut dan kembali dengan hasil yang memuaskan, tak jarang pula mereka pulang hanya membawa rasa lelah dikarenakan hasil tangkapan mereka yang kurang.

ada beberapa macam nama alat tangkap ikan yang digunakan masyarakat setempat, seperti ; jaring, jermal, belat, togok, kelong, rawai, sondong dan tongkah (alat utk mengambil kerang). alat-alat tangkap ikan tersebut semuanya dilakukan dengan cara yang sederhana atau tradisional.

KUALA PATAH PARANG

    





KUALA PATAH PARANG adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Sungai Batang, Kabupaten Indragiri Hilir, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Desa yang berpenduduk kurang lebih 1700 jiwa itu memiliki 15 rukun tetangga.
           Sebuah desa kecil yang berdekatan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal), Provinsi Jambi. Jika anda ingin berkunjung ke Desa Kuala Patah Parang, maka, anda diharuskan melalui perjalanan laut dengan menggunakan speedboat dan sejenisnya.


 jika anda suka dengan tantangan bahari, tidak ada salahnya anda mengunjungi tempat ini, anda bisa memancing sepuasnya dilautan yang luas, atau anda bisa juga ikut bersama nelayan setempat menangkap ikan. penasaran? datang aja deh.....







Wednesday, December 14, 2016

Jejak Melayu Timur di Reteh

Tung Tong Kelintang
Kuala Patah Parang



Sesaat tiba, Nek Majene, wanita berusia 78, langsung duduk di depan perangkat kelintang tua dan serta-merta menalu-nalu cembul besi itu satu per satu, tong-tung.. tong tung... “Yang satu ini sumbang,” katanya seraya mengarahkan mukanya pada satu cembul kulintang yang sudah berlubang. Padahal telinganya sudah tidak begitu mendengar lagi.

Oleh: Mosthamir Thalib

PERMAINAN kelintang tua tujuh nada peninggalan sebelum zaman Panglima Reteh Tengku Sulung (1858 M) ini dimainkan Nek Majene bersama wanita-wanita tua lainnya di Kuala Patah Parang, Indragiri Hilir (Inhil), di depan Tim Pencari Jejak Melayu Timur Iranun – di sini disebut Melayu Timur, yang datang dari Kota Belut, Sabah, Malaysia, yang zaman kerajaan Melayu dulu disebut Tempasuk. Alat-alat musik tradisional ini sendiri merupakan barang-barang lama yang dibawa dari negeri puak orang Mindanao (1787).


Tim yang terdiri dari Ketua Mahkamah Anak Negeri Sabah OKK (Orang Kaya-Kaya) Haji Masrin Haji Hassin, Abd Naddin Sahaddin dan Madin Sumalah setiba di Riau (12/11) dari Kuala Lumpur langsung dijamu Bupati Inhil HM Wardan yang berada di Pekanbaru. “Saya juga punya darah keturunan Melayu Timur. Dari sebelah nenek saya,” ujar putra Indragiri Selatan itu dalam pertemuan tersebut.

Bersama Kepala Dispora Budpar Inhil Junaidi dan didampingi dua seniman budayawan Riau Kazzaini Ks dan Mosthamir Thalib, langsung pula meneruskan perjalanan ke Tembilahan pada hari itu juga. Di Inhil pula, tim disambut oleh Ketua MKA LAM Inhil, Datuk Syamsuri Latif, di Wisma Pancang Jermal Parit 10 Tembilahan.

“Alhamdulillah.. Misi ini sangat memuaskan,” kata Haji Masrin Haji Hassin. Kepuasannya itu diungkapkannya sehalaman penuh pada Harian Borneo Pos yang terbit (20/11) di Sabah, Malaysia Timur, bertajuk Misi Mencari Iranun di Reteh Berhasil. Dia menyatakan rasa syukur yang dalam. “Banyak sekali maklumat dari temuan dan dari pertemuan demi pertemuan di Indragiri.”
Kampilan.

Sebelum ke Kuala Patah Parang – sebuah desa di Kecamatan Enok yang penduduknya mayoritas Melayu Timur, tim ini juga sempat mengunjungi Pulau Kijang, Kecamatan Reteh. Bertemu dengan sejumlah tokoh Melayu Timur, antaranya Oteh Majemuk dari Sungai Undan, yang juga merupakan Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Kecamatan Reteh, Inhil, di Pulau Kijang.
Tokoh-tokoh yang berkumpul di rumah Marjuni, seorang warga keturunan Melayu Timur, sekitar 20-an orang. Mereka membawa sejumlah bukti barang pusaka warisan Melayu Timur, termasuk peralatan adat yang selalu digunakan orang Melayu Timur. Barang-barang pusaka itu antaranya berupa senjata kampilan – senjata khas Melayu Timur, skin, dan sundang.

“Ini sah peralatan perang orang Iranun,” kata Naddin, seraya memegang sebilah kampilan.
Kampilan serupa pedang. Panjang kampilan yang diperlihatkan beragam, antara 60 cm sampai 80 cm. Bagian atas ujungnya sedikit bercabang seperti pial atau jeger kepala ayam. Ulunya berukir kepala naga dengan umbai-umbai rambut atau bulu binatang.

Selain senjata tajam, di Pulau Kijang ini, seorang keturunan Melayu Timur, Ahmad Mustafa dari Kotabaru, memperlihatkan bisluit (SK) Raja Kerajaan Riau-Lingga, pengangkatan Tengku Ismail, sebagai penguasa Reteh.

Selepas Pulau Kijang Kecamatan Reteh, yang bersempadan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, dengan speed boat, tim berbalik arah balik ke Tembilahan dan singgah di Kuala Patah Parang. Inilah tempat tujuan lebih khusus itu. Sebuah desa yang penduduknya mayoritas suku Melayu Timur. Selain di Kuala Patah Parang Luar – sebagai nelayan - ini, komunitas Melayu Timur juga berdomisili di Kuala Parat Parah Dalam, berkebun.

Setelah salat Asyar di masjid di hilir Kuala Patah Parang yang banyak Suku Laut (Duanu) berdomisili, tim beranjak ke hulu. Menambatkan speed boat di sebuah ujung pelantar jerambah kayu. Di beberapa tempat di hamparan jerambah itu tampak beberapa hasil tangkapan dari laut dijemur untuk dikeringkan. Udang dan ikan. Selain itu tampak juga belacan, yang memerah dijemur di panas “hari”, hasil olahan penduduk setempat.

Di sini tim diterima imam surau Muhammad Ali Sapar – yang biasa dipanggil orang kampung dengan Cik Li. Masih muda. Tim diterima masuk di sebuah rumah yang sangat sederhana. Rumah panggung bertongkat kayu seadanya di atas dataran lumpur yang agak tinggi dari pantai lumpur. Berdinding papan-papan lama. Nyaris tidak ada daun tingkap. Sehingga angin laut pesisir pantai timur Sumatera bebas bertiup keluar-masuk.

Di rumah berukuran sekitar 4 x 6 meter itu tim duduk bersila di lantai bersama tuan rumah dan orang yang paling dituakan, Nurdin bin Syahjohan atau Long No (75) – sapaan orang-orang kampung padanya. Ketokohannya malah sampai di sekitar kawasan Indragiri Hilir bagian Selatan lainnya. Dalam sekejab saja, sudah ramai orang-orang berhimpun di dalam rumah Cik Li.
Long No segera menyuruh beberapa orang mengambil alat-alat musik kelintang peninggalan pengikut Raja Ismail yang dibawa dari Tempasuk pada tahun 1787. Satu perangkat kelintang tujuh nada dengan tiga gendang. Nek Majene yang lebih dulu datang langsung mengambil posisi di depan kelintang tua. Meminta kayu penalu pada tuan rumah, dan langsung memukul-mukul cembul-cembul kulintang itu.

Tidak lama berselang muncul pula beberapa wanita tua lainnya, pemain grup kelintang ini. Siti Aminah binti Hamid, berusia 70-an - memainkan gendang, Semah binti Ketik - usia 90-an, juga memainkan gendang lainnya, dibantu Cik Li atau Muhammadi Ali Sapar yang menalu gong. Madin Sumalah pun ikut bermain, memainkan gendang yang paling besar.

Ada beberapa lagu khas musik tradisional kelintang yang dibawa dari negeri leluhurnya ini. Antaranya Serama, Andok-andok, Kudidi – yang terakhir di Indragiri menjadi Kedidi – nama burung. Menurut Sulaiman Merawi, seorang pemuda sana, ada sekitar belasan rentak kelintang yang ada di Patah Parang dan sekitarnya antaranya Anduk-anduk, Anduk-anduk Selor, Kedidi, Kedincing, Serame, Serame 2, Serame 3, Serame Jawa, Serama Angin, Cak Pumpung, Gubang Gubang, Gubang Gubang Kayoh, Kisak-kisak, Janda Ngagek Terong, Kedungkok, Tepai Begelot. Sendayung “Semua jenis rentak tersebut orang tetua yang pandai memainkannya,” kata Sulaiman.

Tidak ada regenerasi. Itulah yang terungkap dari penelusuran jejak Iranun ini, khususnya pada permainan kelintang. “Ini yang membuat kita sedih. Generasi muda tak ramai lagi yang tahu. Sementara Nek Uda Jena sudah 78 tahun. Kelintang itu pula, itulah satu-satunya. Sesuatu perlu dibuat untuk menyelematkan kesenian ini yang hampir pupus sebelum ia tenggelam dan dihanyutkan oleh sungai sejarah,” ujar Naddin

Itu pulalah sebab Sulaiman yang kini merantau ke Karimun berharap, kunjungan dari Sabah Malaysia ini bisa membangkitkan dan membakar semangat kaum muda untuk mempelajarinya. “Apalagi bila dapat sokongan pemerintah,” tambahnya. Kunjungan ke Pulau Kijang dan Kuala Patah Parang ini memang disertai pendamping dari Dinas Pariwisata Inhil, Raja Indra Maulana dan Haji Ahmady.
Pembakar Semangat

Menurut catatan di Tuhfat Al Nafis, dulu Raja Ismail datang ke kawasan Riau-Johor dengan sekitar 40 perahu penjajab. Dengan jumlah pasukan seluruhnya sekitar 1000 orang. Setiap penjajab dilengkapi seperangkat alat kelintang. Selalu dimainkan ketika angin tenang dan para prajurit mengayuh-ngayuh kapal penjajabnya. “Jadi fungsinya seperti alat pembakar semangat para prajurit,” kata Naddin.

Ketika berlayar menuju ke Kerajaan Riau-Lingga, menurut Naddin, kelintang yang dibawa sekitar 30 sampai 40 buah, sama dengan jumlah penjajabnya. Sekarang yang baru ditemukan sekitar lima buah. Dua di Patah Parang Dalam dan Patah Parang Luar. Dua di Reteh. Satu buah yang berasal dari Reteh dibawa ke Tanjung Uban, Kepulauan Riau. “Jadi masih ada sekitar 15 sampai 20 buah belum diketahui di mana keberadaannya.”
Selain kelintang, di Kuala Patah parang juga ditemui peralatan senjata tajam, seperti kampilan. Yang lainnya adalah pemanai, yaitu sejenis selayar atau umbul-umbul warna merah putih yang biasa digunakan untuk perhelatan pesta pernikahan. Beberapa kosakata Melayu Iranun pun masih dipakai, baik di Pulau Kijang maupun di Kuala Patah Parang. Seperti kata tunung (menyelap), betapok (berdiam), degan (banjir), dan sejumlah kata lainnya.

Di Inhil dan sekitarnya, komunitas orang-orang yang datang dari Tempasuk ini disebut Melayu Timur. Mereka tidak disebut “suku lanun” karena kesannya negatif. Suka merompak di laut. Nama Melayu Timur terkesan lebih memberikan kharisma. Ketika diminta tanggapan oleh Naddin, apa yang dimaksud “timur” di ujung kata Melayu itu, di antara mereka ada yang beranggapan mereka datang dari Pulau Penyengat – pusat kerajaan Melayu Riau-Johor-Pahang. “Karena Pulau Penyengat berada di Timur,” kata Ahmad Mustafa, keturunan Melayu Timur yang berdomisili di Kotabaru Keritang.

Abd Naddin menjelaskan, orang-orang Melayu Timur di Reteh dan Kuala Patah Parang memang suku yang sama dengan mereka, Yaitu, suku Iranun. “Bukan Lanun. Lanun itu penjajah yang memberi nama dan memberikan nilai negatif pada nama itu. Irranum itu maknanya kasih-sayang.”
Para Iranun yang ada di Indragiri sampai ke kawasan Jambi adalah pasukan perang yang datang bersama Raja Ismail dari Kerajaan Tempasuk, Sabah, tahun 1787. Mereka datang ke kawasan ini atas permintaan Sultan Johor, Sultan Mahmud Riayat Syah atau Sultan Mahmudsyah III, untuk menyerang Belanda di Tanjungpinang, yang mendudukkan residennya di sana. Dalam peperangan ini Raja Ismail bersama Sultan Mahmud Riayat Syah berhasil mengalahkan Belanda dan menghalau Rasiden Belanda, David Ruhde, dari Tanjungpinang pada 13 Mei 1787, dengan pakaian sehelai sepinggang.

Setelah perang, sebagian pengikut Raja Ismail ini pulang ke Tempasuk dan sebagian lainnya tetap tinggal di kawasan Kerajaan Riau-Lingga. Membuka negeri baru di Sungai Reteh. Negeri pertama yang dibuka Kotabaru Reteh. Kemudian Pulau Kijang, Benteng, dan Kuala Patah Parang. Menurut sumber di Pulau Kijang ini, Tengku Ismail yang membuka Kotabaru mempunyai keturunan Tuk Muda Tahir, Tuk Yakup, dan Tuk Naini. Nama yang terakhir ini, Tuk Naini, yang membuka negeri Pulau Kijang. Sedangkan Negeri Benteng dibuka oleh Tengku Sulung semasa perang melawan Belanda.

Nama besar lain selain Raja Ismail dan Tengku Sulung dari kalangan Melayu Timur ini adalah Syahbuddin. Buyutnya Long No atau Nurdin. Malah orang tua yang terlihat masih segar walau usia sudah 75 tahunan ini dapat meruntut silsilahnya dari bawah sampai ke atas, mulai darinya sendiri, Nurdin bin Syahjohan, Syahjohan bin Alamsyah, Alamsyah bin Syahlawan, dan Syahlawan bin Syahbuddin. Orang yang bernama Syahbuddin ini kemudian balik ke negeri Tempasuk. “Dia cakap balik kampung. Kami tidak tahu dulu di mana kampung yang dia maksud. Yang jelas di Timur,” kata Long No.

Konsisten Menantang Penjajah
Ketika Tengku Sulung menantang Belanda, setelah Belanda memakzulkan Sultan Riau-Lingga Sultan Abdurrahman Muazam Syah II, orang-orang Melayu Timur inilah dengan kampilan-kampilan mereka berperang melawan Belanda. Mereka sangat mahir bergerilya di padang lumpur dan menyelinap masuk suak-rawang dan meniti melompat-lompat di akar-akar tunjang hutan bakau (mangrove).
Kemahiran serupa dimiliki juga Letnan Boyak, seorang pejuang kemerdekaan keturunan Melayu Timur di Indragiri. Saudara kandung seniman terkenal Idrus Tintin ini dulu juga sangat ditakuti Belanda. Namanya bergaung di mana-mana dan dia bersama pasukannya bisa muncul di mana saja ketika mengejar musuh melintasi hutan rimba Indragiri. Nasibnya kemudian sama dengan Tengku Sulung. Peluru Belanda menembusi tubuhnya. Juga di kawasan pesisir pantai Indragiri Selatan. Di padang lumpur. Hanya tipu-muslihat penjajah dan pengkhianatan sesama anak bangsa - yang gampang termakan umpan - yang mempan menggugurkan mereka.

UU Hamidy, budayawan Riau yang banyak meneliti sejarah dan budaya Melayu - menjuluki, Iranun ini Mujahiddin Nusantara Sejati. Mereka konsisten dan tanpa kompromi melakukan perlawanan terhadap penjajah di bumi nusantara mana saja. Mulai dari Filipina, Malaya, sampai Indonesia. Di Filipina mereka berperang dengan Spanyol. Di Malaysia mereka berperang dengan Inggris, dan di Indonesia mereka berperang melawan Belanda.

Sekarang Melayu yang berasal dari Reteh ini sudah menyebar ke banyak daerah lainnya di pesisir pantai timur. Antaranya Tanjung Jabung, Sabak, Kuala Tungkal dan daerah Jambi lainnya. Sama dengan Bupati Inhil HM Wardan yang punya darah keturunan Melayu Timur, bupati pertama kabupaten pemekaran Tanjung Jabung Timur juga keturunan Melayu Timur. Begitu pula beberapa orang pemimpin daerah itu lainnya.

Air laut semakin surut. Tidak terasa bincang-bincang Tim Pencari Jejak Irnun dengan keturunan Melayu Timur di Kuala Patah Parang sudah memakan waktu. Tekong speed boat tampak mulai kusut. “Air laut sudah jauh surut,” katanya, “Nanti boat kita tersadai di beting laut.”
Tim bersama rombongan lalu bergegas. Meninggalkan percakapan yang belum puas. Ketika pergi pagi harinya ke Pulau Kijang air baru pasang. Ketika pulang air surut sudah meninggalkan tongkat-tongkat sebagian rumah orang-orang di Kuala Patah Parang. Ketika meninggalkan Kuala Patah Parang dan menuju ke Kuala Enok, speed boat pun tidak bisa lagi menyusuri tepian bakau sebagaimana datang waktu pagi harinya. Beting-beting lumpur sudah muncul. Jauh melandai ke tengah laut. Warnanya putih keabu-abuan. Sewarna dengan air lautnya. Hanya bangau-bangau putih yang tengah berjalan-jalan - sedang mencari makan, menangkup anak-anak ikan, yang menandai itu beting.

Speed boat terpaksa mengambil alur jauh ke tengah, Semakin surut air, semakin jauh meninggalkan tepi. Bila salah mengikuti alur di air tepian laut yang keruh ini bisa membuat perahu apa saja tersadai di pantai. Apabila tersadai, maka ber-tapok-lah.. di sana, di tengah-tengah, di antara lautan dan daratan selama menunggu air pasang kembali.
Dari Kuala Patah Parang memang tampak laut lepas. Namun tidak setiap waktu orang-orang di sini boleh bebas. Melaut ke laut lepas. Apatah lagi bila surut timpas.***


Trail di timur reteh melayu


Tung tong kelintang
Kuala rusak parâng

Oleh: Mosthamir Thalib




Suatu saat datang, nek majene, wanita tua 78, duduk langsung di depan old kelintang perangkat dan segera menalu-nalu cembul besi itu satu per satu, tong-tong tungg tung..... " yang satu ini donasi," Berkata, wajahnya di atas satu cembul kolintang sudah berlubang. Ketika ia sudah tidak begitu mendengar lagi.

Permainan dari tujuh catatan lama kelintang pra panglima perang era reteh tengku tua (1858 M) dimainkan gran dengan wanita tua kabupaten di kuala parâng rusak, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), di depan tim pramuka timur - di sini lanun melayu melayu timur disebut , yang datang dari kota belut, sabah, Malaysia, usia disebut tempasuk kerajaan Malaysia. Alat musik tradisional ini sendiri adalah hal-hal yang lama diambil dari negeri mindanao pesta rakyat (1787).

Sebuah TIM DARI KETUA PENGADILAN ANAK NEGERI SABAH OKK (kaya-kaya masrin haji haji hassin, abd nadin sahaddin sumalah madin dan merangkul dalam masyarakat (12/11) dari kuala lumpur langsung datang bupati inhil hm wardan di Nigeria. " saya juga punya darah keturunan melayu. Dari Bapak saya," berkata anak raja adalah pertemuan di selatan.

Dengan Kepala Dispora Budpar Inhil Junaidi dan didampingi dua seniman budayawan masyarakat kazzaini ks dan Mosthamir Thalib, langsung, dan melanjutkan ke hilir pada hari itu juga. Di Inhil, tim akan bertemu ketua mka lam inhil, Datuk Syamsuri Latif, di wisma tenda platform 10 hilir parit.

" terima kasih Tuhan.. Misi ini sangat memuaskan," bilang masrin haji haji hassin. KEPUASAN ITU DIUNGKAPKANNYA PER HALAMAN PENUH KIRIMAN BORNEO HARIAN DI RISE (20/11) di Malaysia, Malaysia Timur, berjudul misi untuk menemukan reteh lanun di kantor. Dia menyatakan bahwa dalam rasa syukur. " banyak informasi dari temuan dari pertemuan dan rapat untuk di indragiri."

Kampilan

Sebelum ke kuala rusak parâng - sebuah desa di distrik bahwa sebagian besar dari penduduk enok melayu timur, tim ini adalah mengunjungi pulau rusa, Kecamatan Reteh. Bertemu dengan sejumlah tokoh melayu, timur dari beberapa oteh pelican, yang juga merupakan ketua lembaga adat melayu (lam), Distrik Riau Inhil Reteh, di pulau rusa.

Tokoh-tokoh yang dikumpulkan di rumah marjuni, keturunan dari kelompok warga melayu timur, sekitar 20-an orang. Mereka membawa beberapa barang bukti di warisan melayu timur, termasuk peralatan pribumi selalu menggunakan bahasa malaysia timur. Hal-hal yang menjadi senjata mereka. - Guns Kampilan Khas Melayu Timur, kulit, dan sundang.

" ini adalah valid orang lanun," berkata nadin, sedang memegang kampilan.

Kampilan seperti pedang. Long kampilan ditampilkan bervariasi antara 60 cm hingga 80 cm. Bagian atas tunggul tumbuh seperti sedikit pial jeger atau kepala ayam. Ulunya berukir kepala naga dengan umbai-umbai rambut atau bulu binatang.

Selain sebuah sebilah senjata, di pulau antelope ini, keturunan dari kelompok melayu timur, Ahmad Mustafa dari utara, menunjukkan bisluit (SK) Raja Kerajaan Riau-Lingga, pengangkatan tengku Ismail, sebagai ruler of reteh.

Setelah Pulau Antelope Distrik Reteh, hampir di Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, dengan speed boat, tim kembali dan hilir singgahan di kuala melanggar golok. Ini adalah tempat itu lebih istimewa. Sebuah desa suku mayoritas melayu timur. Selain di kuala golok pecah - sebagai nelayan - ini adalah komunitas melayu, timur juga berdomisili di kuala parat buruk di dalam, berkebun.

Setelah salat di masjid asyar hilir kuala rusak parâng yang banyak suku laut (duanu) Live, tim langsung ke hulu. Speed boat di berakhir pelantar jerambah kayu. Di beberapa tempat di tempat tidur terlihat beberapa jerambah tangkapan dari laut kering untuk dikeringkan. Udang dan ikan. Selain terlihat juga, belacan dijemur di panas hari ini ", " Hasil Perikanan setempat.

Di sini tim menerima surau Imam Muhammad Ali sapar - yang disebut cosier dengan miss li. Masih muda. Tim diterima di rumah yang sangat sederhana. Home Theater guy kayu di dataran roughing lumpur yang sedikit tinggi di lepas pantai lumpur. Pagar Papan-papan lama. Hampir tidak ada daun jendela. Maka angin laut, pantai, pantai timur sumatra gratis hembusan masuk dan keluar.

Di rumah di sekitar 4 x 6 meter team sedang duduk bersila di lantai dengan rumah dan yang paling dituakan, Nurdin bin syahjohan atau long no (75) - hangat orang-orang yang berada di rumah. Ketokohannya telah sampai di seluruh daerah selatan menurunkan raja. Dalam sekejab sudah ramai, orang-orang di rumah berhimpun di mengajak cik li.

Lama tidak segera memerintahkan beberapa orang mengambil alat-alat musik yang diwariskan kelintang Raja Ismail dari tempasuk pada tahun 1787. Satu perangkat: kelintang tujuh dengan tiga transportasi. Arash Majene yang pertama datang langsung mengambil posisi di depan kelintang lama. Minta penalu kayu di penyelenggara, dan segera memukul mereka cembul-Cembul Kolintang.

Belum lama muncul beberapa wanita tua, pemain ini kelintang grup. Siti Aminah binti Hamid, usia 70 s / bermain drum, semah binti tipe - pertengahan 90-an, juga memainkan drum, lain oleh miss li atau muhammadi ali sapar menalu gong. Madin sumalah berjalan, bermain, bermain drum yang maha besar.

Ada beberapa lagu musik tradisional khas kelintang yang dibawa dari negeri nenek moyang nya ini. Antara serama,-andok andok, kudidi - batas terakhir di indragiri menjadi - nama burung. Menurut Merawi Sulaiman, seorang pemuda sedang ada, ada tentang selusin kelintang irama yang rusak parâng di sekitar mereka, dan mantel-Mantel-Mantel-Selor, mantel, kedincing, serame serame, 2, 3, Serame serame jawa, serama angin, cak, pumpung gubang gubang, gubang gubang kayoh, kisak-kisak, janda ngagek kedungkok, terung, ultimate teenage begelot. Sendayung " berbagai jenis irama orang tua yang dapat memutarnya," berkata sulaiman.

Tidak ada regenerasi. Itu yang terbuka dari lanun seach jejak ini, terutama di permainan kelintang. " inilah yang membuat kita sedih. Generasi muda tidak tahu banyak lagi. Ketika nenek uda jena sudah 78 tahun. Kelintang saja, itu satu-satunya. Sesuatu untuk dilakukan untuk menyimpan seni ini hampir punah sebelum dia tenggelam dan mabukan di tepi sungai sejarah," berkata nadin

Ini untuk sekarang tv sulaiman untuk mr harapan, kunjungan dari sabah malaysia ini dapat meningkatkan dan membakar semangat kaum muda untuk belajar. " selanjutnya jika dapat mendukung pemerintah," tambahnya. Kunjungan ke pulau rusa dan kuala rusak parâng ini disertai oleh Departemen Pariwisata Inhil Raja Indra Maulana Dan Haji Ahmady.

Semangat pembakar

Menurut catatan dalam tuhfat al-Nafis, pertama kali datang ke Raja Ismail Riau-Johor area sekitar 40 kapal penjajab. Dengan jumlah pasukan sepenuhnya tentang 1000 orang. Setiap penjajab dipasang kelintang set alat. Selalu dimainkan ketika angin tenang dan tentara-onthel menyusuri ngayuh penjajabnya kapal. " jadi fungsi seperti pembakar semangat para prajurit," kata nadin.

Ketika berlayar menuju ke Kerajaan Riau-Lingga, oleh nadin kelintang, sekitar 30 sampai 40, sama seperti jumlah penjajabnya. Sekarang baru ditemukan sekitar lima. Dua di patah dan rusak parâng parâng di luar. Dua di reteh. Satu buah dari reteh dibawa ke tanjung uban, Kepulauan Riau. " jadi, masih ada sekitar 15 sampai 20 belum dikenal di mana saya."

Selain kelintang, di kuala rusak parâng juga menemukan peralatan, seperti senjata tajam kampilan. Yang lainnya adalah pemanai selayar, atau mirip bendera kecil warna merah, putih, yang digunakan untuk selesai pesta pernikahan. Beberapa kosakata melayu lanun masih digunakan di pulau rusa atau di kuala parâng rusak. Seperti tunung menyelap (kata), betapok (tinggal), beritahu (banjir), dan sejumlah kata lain.

Di Inhil masyarakat sekitar, dan orang-orang yang berasal dari bahasa melayu ini disebut tempasuk timur. Mereka tidak disebut "suku" keesaannya lanun untuk negatif. Cinta merompak di laut. Nama Melayu Timur terkesan lebih memberikan kharisma. Ketika diminta tanggapan oleh nadin, apa "Timur" di akhir kata melayu, di antara mereka ada yang berpikir mereka datang dari pulau menyengat - THE CENTER OF THE MALAY ARCHIPELAGO-Johor-Malaysia. " karena pulau itu menyengat di timur," kata Ahmad Mustafa, keturunan melayu yang tinggal di Kabupaten Kotabaru Keritang.

Abd Nadin menjelaskan, orang-orang di malaysia timur dan kuala rusak reteh golok apakah sama dengan suku-suku. Lanun " ini bukan bajak laut. Ada yang bajak laut penamaan penjajah dan memberikan nilai negatif dalam nama itu. Irranum yang memerlukan. Terima kasih sayang."

Lanun di indragiri yang berada di daerah sampai ke jambi adalah perang yang datang bersama Raja Kerajaan Ismail Tempasuk, sabah, di 1787. Mereka datang ke daerah ini berdasarkan permintaan sultan johor, Sultan Mahmud Syah-atau Sultan Mahmudsyah III, Menyerang Belanda di kursi tanjungpinang, residennya di sana. Dalam Perang Ini Raja Ismail dengan-Sultan Mahmud Syah aku berhasil mengalahkan Belanda dan drive rasiden holland, David Ruhde Dari Tanjungpinang, pada 13 Mei 1787, dengan pinggang-pakaian.

Setelah perang, beberapa pengikut Raja Ismail ini rumah tempasuk dan beberapa tinggal di Kerajaan Riau-Lingga. Pergi ke tanah baru di sungai reteh. Negara pertama yang dibuka kotabaru reteh. Maka pulau rusa, benteng, dan kuala parâng rusak. Menurut sumber di pulau rusa, Tengku Ismail membuka kotabaru memiliki muda tuk tuk yakup, bersih, dan tuk naini. Nama belakang ini jatuh, naini, membuka kota pulau rusa. Sementara kota benteng dibuka oleh Tengku Sulung selama perang melawan Belanda.

Nama Besar Selain Raja Ismail dan tengku boleh lupa syahbuddin melayu timur itu. Lama tidak besar atau nurdin. Bahkan orang tua yang terlihat segar meskipun sudah 75 tahun dapat meruntut silsilahnya ini dari bagian bawah ke atas, mulai sendiri syahjohan nurdin, bin, bin, Syahjohan Alamsyah Alamsyah Syahlawan bin dan bin syahbuddin syahlawan. Seorang pria bernama syahbuddin ini kemudian kembali ke tanah tempasuk. " dia berbicara kembali ke kota asal anda. Kita tidak tahu di mana dia berarti. Jelas di timur," tidak ada kata yang panjang.

Konsisten melawan penjajah

Ketika Tengku Tua Challenge, Belanda setelah belanda memakzulkan Sultan Riau-Lingga Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah II, orang melayu timur ini dengan kampilan-kampilan mereka melawan Belanda. Mereka sangat bagus di dalam lumpur yang dijalankan dan menyelinap di suak-Rawang Raya Dan Sterling melompat pada akar bakau (Pusat). Bakau

Memiliki kemampuan serupa juga Letnan Boyak Freedom Fighter, seorang keturunan timur solo di Malaysia. Saudara artis terkenal idrus tintin itu juga sangat takut holland. Nama Resonated di mana-mana dan dia dengan tentaranya dapat muncul di mana saja ketika mengejar musuh di jungle indragiri. Maka nasibnya sama tengku tua. Peluru Belanda melalui tubuh-nya. Juga di kawasan pantai solo selatan. Di Lumpur. Hanya Hokey-pokey penjajah dan sesama pengkhianatan ent mudah - umpan - pekerjaan mereka pada mereka.

The Homeland Hamidy Budayawan Riau, banyak meneliti sejarah dan budaya melayu - dub, ini lanun muj nusantara sejati. Mereka adalah konsisten dan tanpa kompromi melakukan perlawanan melawan penjajah di bumi nusantara di mana saja. Mulai dari Filipina, malaya, hingga indonesia. Di Filipina mereka berperang dengan Spanyol. Di Malaysia mereka berjuang dengan inggris, dan di indonesia mereka melawan Belanda.

Sekarang dari reteh melayu ini telah menyebar ke banyak daerah lain di pantai timur. Ini Tanjung Jabung Timur, sabotase, KUALA TUNGKAL DAN AREA JAMBI. Sama Dengan Bupati Inhil hm wardan siapa yang punya darah keturunan melayu, Bupati St Timur Pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga keturunan melayu timur. Lalu beberapa orang dari daerah itu dan pemimpin lainnya.

Air semakin pasang rendah. Tidak bicara tim pelacak irnun dengan keturunan melayu timur di kuala rusak parâng memakan waktu. Tekong Speed boat terlihat mulai kusut. " air dalam downs," dia berkata, " nanti di perahu kami terdampar di laut shoals."

Tim dengan grup ayo cepat. Meninggalkan Percakapan yang belum puas. Ketika anda pergi ke pulau rusa air pasang baru. Ketika air terkuras sudah meninggalkan rumah beberapa orang di kuala patah golok. Ketika meninggalkan kuala rusak parâng dan menuju Kuala Enok, speed boat tidak bisa lagi berjalan di sepanjang pantai lantang seperti waktu datang di pagi hari. Taruhan-Taruhan lumpur sudah muncul. Jauh melandai ke laut. Warna putih keabu-abuan. Sewarna dengan lautnya. Hanya Bangau-Bangau putih tengah berjalan - mendapatkan sesuatu untuk dimakan, menangkup anak ikan, tanda adalah taruhan.

Speed boat dipaksa untuk mengambil lebih jauh ke tengah terbenam, air, jauh di sisi kiri. Ketika jalan di tepi laut yang bisa membuat air keruh ini kapal apa pun terjebak di pantai. Ketika terdampar, lalu dua tapok-la.. di sana, di tengah, antara laut dan bumi menunggu pasang kembali.

Dari Kuala Melanggar golok tampak lautan. Tapi tidak setiap orang di sini bisa gratis. Ke laut ke laut. Jika Retroactive Nazar Timpas.***